Menulis Untuk Mencetus Pengetahuan, Menulis Untuk Pencerahan Ilmu,Menulis Untuk Mencari Ilahi...

Wednesday, September 29, 2010

Pegang Babi Tak Berdosa, Pegang Anak Dara Orang Berdosa

“Kalau kita pegang babi hukumnya tidak berdosa, najis babi boleh disamak. Tapi kalau kita pegang perempuan yang bukan mahram, itu berdosa. Nak cuci dengan apa? Nak samak dengan apa?” ini antara petikan dari ceramah Ustaz Kazim.

Isu sebenarnya adalah bersalam-salaman dengan wanita yang bukan mahram. Bila tiba hari raya, kita semua berkumpul bersama. Seolah-olah semua yang berkumpul di situ adalah mahram kita. Kita bersalam-salaman tanpa mengira batas. Jadi apa hukumnya?

Kita dalam membicarakan hukum bersalam ini antara lelaki yang sudah dewasa dengan wanita bukan muhrim yang sudah dewasa dan tidak membicara hukum bersalaman dengan wanita tua sesangat atau budak perempuan yang masih kecil. Perlu diberi perhatian!

Orang Melayu terkenal dengan masyarakat yang mementingkan adab, sopan-santun dan budi-pekerti yang mulia. Antara adab yang sentiasa dipraktikkan dalam masyarakat ialah bersalam atau berjabat tangan di antara satu sama lain apabila bertemu. Perbuatan ini merupakan sesuatu yang amat baik kerana ia dapat mengeratkan silaturahim dan persaudaraan di dalam masyarakat.

Namun akhir-akhir ini didapati bahawa bersalam atau berjabat tangan ini dilakukan dengan sewenang-wenangnya tanpa mengira batas hukum syarak, sehinggakan gejala bersalam atau berjabat tangan di antara lelaki dan wanita yang bukan mahram menjadi semakin berleluasa dan semakin diterima di dalam masyarakat. Apatah lagi apabila bertemu dengan pemimpin, maka bukan sekadar berjabat tangan tetapi ada yang sanggup mencium tangan pemimpin tersebut sedangkan tidak ada ikatan mahram di antara mereka!

Begitu juga dengan pengalaman saya mengikuti program khidmat sosial. Sekalipun kita telah diterima sebagai anak angkat. Adakah dengan ikatan keluarga angkat itu, ia memberi lesen yang besar kepada kita untuk bersalaman? Kadang-kadang timbul isu, apakah perlu kita menyambut huluran salam yang diberikan oleh keluarga angkat kita? Tak di salam, nanti kata tak menjaga air muka mereka. Dah bersalam, apa pula hukumnya?

Fenomena seumpama ini sekiranya dibiarkan, ia akan menjadi semakin parah yang akhirnya bukan sahaja bercanggah dengan ajaran Islam, malahan akan turut menghakis nilai-nilai murni dan adab tatasusila yang diamalkan dalam masyarakat Melayu selama ini. Walaupun para ulama’ mengharuskan seseorang lelaki berjabat tangan dengan wanita yang sudah tua yang sudah tidak ada lagi keinginan syahwat (rujuk dalam Fatawa Mu’asirah oleh Yusuf al-Qaradawi), namun ia janganlah dijadikan sebagai satu alasan untuk sewenang-wenangnya membudayakan berjabat tangan di antara lelaki dan perempuan.

Kadang-kadang yang melakukan hal ini adalah sahabat-sahabat saya, ahli keluarga saya. Saya yakin dan percaya, mereka mempunyai dalil serta alasan yang kukuh atas pelakuan mereka itu. Perkara ini nampak remeh, tetapi ia sebenarnya adalah masalah hukum dan terkadang sukar untuk kita mengelaknya.

Berikut saya sampaikan artikel dari ulama terkini, semoga bermanfaat.

Larangan Berjabat Tangan dengan Wanita yang Bukan Mahram

Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali
Friday, 06 February 2009
Diriwayatkan dari Ma’qil bin Yasar r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Lebih baik kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya,” (Hasan, HR ath-Thabrani dalam al-Kabir (174).
Diriwayatkan dari Umaimah binti Ruqaiqah r.a, ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya aku tidak akan menjabat tangan wanita. Sesungguhnya ucapanku untuk seratus wanita sama seperti ucapanku untuk satu orang wanita (yakni dalam membaiat mereka),” (Shahih, HR Malik [II/982], at-Tirmidzi [1597], Ibnu Majah [2874] dan Ibnu Hibban [4553]).

Diriwayatkan dari Abdullah bin Amru r.a, bahwasanya Rasulullah saw. tidak pernah menjabat tangan wanita ketika mengambil baiat wanita (dari para wanita),” (Shahih lighairihi, HR Ahmad [II/213]) dan al-Humaidi [368]).

Diriwayatkan dari Aisyah r.a, ia berkata, “Demi Allah, tangan Rasulullah saw. tidak pernah menyentuh tangan wanita ketika membaiat. Beliau membaiat mereka hanya dengan ucapan, “Aku telah membaiatmu untuk ini dan ini,” (HR Bukhari [4891]).

Kandungan Bab:
Haram hukumnya menyentuh wanita yang tidak halal bagi seorang lelaki. Tidak diragukan lagi ancaman yang berat tersebut menunjukkan pengharamannya.
Haram hukumnya berjabat tangan dengan wanita (yang bukan mahram) karena termasuk menyentuh. Telah diriwayatkan secara shahih bahwa Rasulullah saw. tidak pernah menjabat tangan wanita dalam membaiat apalagi ketika bertemu.
Diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. menjabat tangan wanita dengan alas tangan. Namun riwayat-riwayat tersebut adalah riwayat mursal yang tidak bisa dijadikan hujjah, apalagi riwayat tersebut bertentangan dengan hadits yang shahih dan jelas dari perkataan dan perbuatan Rasulullah.

Sumber: Diadaptasi dari Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali, Al-Manaahisy Syar’iyyah fii Shahiihis Sunnah an-Nabawiyyah, atau Ensiklopedi Larangan menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam Syafi’i, 2006), hlm. 3/58-59.
Di sini saya meletakkan beberapa dalil yang membolehkannya:

Sedangkan pendapat yang membolehkan dasarnya adalah riwayat yang menunjukkan bahwa tangan Rasulullah Saw bersentuhan (memegang) tangan wanita.

1. Diriwayatkan dari Ummu Athiyah r.a. yang berkata:

Kami membaiat Rasulullah Saw, lalu Beliau membacakan kepadaku : Janganlah kalian menyekutukan Allah dengan sesuatu dan melarang kami melakukan nihayah (menangisi mayat), kerana itulah seorang wanita dari kami menggenggam (melepaskan) tangannya (dari berjabat tangan) lalu wanita itu berkata: Seseorang (perempuan) telah membuatku bahagia dan aku ingin (terlebih dahulu) membalas jasanya dan ternyata Rasulullah Saw tidak berkata apa-apa. Lalu wanita itu pergi kemudian kembali lagi. [HR. Bukhari].

Hadits ini menunjukkan bahwasanya kaum wanita telah berbaiat dengan berjabat tangan. Kata ‘qa ba dha’ dalam hadits ini memiliki erti menggenggam/melepaskan tangan. Seperti disebutkan di dalam kamus yang berarti menggenggam sesuatu, atau melepaskan (tanganya dari memegang sesuatu). (Lihat A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir, hal. 1167).

Hadits yang diriwayatkan oleh Ummu Athiyah r.a. ini yang dijadikan dalil oleh sebahagian ulama yang membolehkan berjabat tangan dengan bukan mahram. Namun demikian kebolehan tersebut dengan syarat tidak disertai syahwat. Kalau ada syahwat maka hukumnya haram.

Kedua, diriwayatkan dari Aisyah r.a. yang berkata:

Seorang wanita mengisyaratkan sebuah buku dari belakang tabir dengan tangannya kepada Nabi Saw. Beliau lalu memegang tangan itu seraya berkata, Aku tidak tahu ini tangan seorang lelaki atau tangan seorang wanita. Dari belakang tabir wanita itu menjawab. Ini tangan seorang wanita. Nabi bersabda, Kalau engkau seorang wanita, mestinya kau mengubah warna kukumu (dengan inai). [HR. Abu Daud].

Selain itu Rasulullah Saw pernah berjabat tangan di dalam air, dalam benjana pada saat membai’at wanita, pernah juga Rasulullah Saw berjabat tangan dengan alas kain. Juga diriwayatkan bahwa Rasulullah Saw pernah menyuruh Umar bin Khaththab r.a untuk mewakili beliau dalam bai’at dan bai’at ini dilakukan dengan berjabat tangan. Kalau memang berjabat tangan (menyentuh) dengan wanita diharamkan, tentunya Rasulullah Saw tidak akan melaksanakannya baik secara langsung maupun dengan perantara apapun. Juga tidak mungkin Rasulullah Saw memerintahkan Umar bin Khaththab r.a. melakukan jabat tangan (menyentuh) dengan wanita yang bukan mahram, sebab hal tersebut adalah perbuatan yang haram. Akan tetapi ternyata yang terjadi justru sebaliknya.

Juga kalau memang berjabat tangan (bersentuhan) antara lawan jenis yang bukan mahram itu diharamkan, tentunya Daulah Khilafah (negara Khilafah) tidak akan membiarkan kondisi-kondisi atau keadaan yang sangat memungkinkan terjadi persentuhan. Bahkan Daulah akan memberikan hukuman bagi yang melakukannya. Ternyata tidak ada satu riwayatpun yang menyatakan bahwa Daulah pernah melakukannya. Dan bahkan Daulah tidak pernah memisahkan antara jama’ah haji lelaki dan wanita, juga antara lelaki dan wanita di pasar walaupun kondisi tersebut akan menyebabkan terjadinya bersentuhannya lelaki dan wanita yang bukan mahram.

Kesimpulan:

Seperti yang saya katakan di awal tadi, masing-masing mempunyai hujah di atas perbuatan masing-masing. Atas jalan mana yang mahu kita ikuti, terpulanglah. Tapi adalah lebih baik seandai kita mengambil jalan yang paling selamat.

Allah swt telah berfirman dalam surah al-Nur ayat 30-31 bermaksud: ”Katakanlah (wahai Muhammad) kepada orang lelaki yang beriman supaya mereka menyekat (merendahkan) pandangan mereka (daripada memandang wanita yang bukan mahram), dan memelihara kehormatan mereka. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka; Sesungguhnya Allah amat mendalam pengetahuannya tentang apa yang mereka kerjakan. Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat (merendahkan) pandangan mereka, dan memelihara kehormatan mereka…..”.

Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan agar orang lelaki dan perempuan agar menjaga dan merendahkan pandangan mereka daripada melihat sesuatu yang diharamkan seperti melihat orang yang bukan mahram sehinggakan boleh menimbulkan syahwat. Oleh itu, ajaran Islam mengharamkan seseorang lelaki melihat kepada wanita yang bukan isterinya atau wanita yang bukan mahramnya. Hal ini tidak pula bermaksud kita dikehendaki memejamkan mata ketika bertemu dengan orang yang bukan mahram, tetapi apa yang dimaksudkan ialah kita dilarang melihat berulang-kali terhadap seseorang yang bukan mahram kerana ia boleh menimbulkan syahwat dan fitnah.

Sekiranya memandang kepada wanita yang bukan mahram pun dilarang dalam hukum syara’, sudah tentu bersalam dan berjabat tangan di antara lelaki dan wanita yang bukan mahram lebih-lebih lagi dilarang. Cubalah kita fikirkan, manakah yang lebih menimbulkan syahwat dan fitnah, memandang dari jauh atau bersalaman dan berjabat tangan yang melibatkan persentuhan kulit dengan kulit? Tepuk dada, tanya iman!.

Wednesday, September 8, 2010

Nota akhir Ramadhanku

Hari ini genap 30 hari umat Islam menunaikan fardhu Ramadhan.Terlalu cepat masa berlalu,esok pastinya menjanjikan hari lain untuk aku,kamu dan kita semua.Apa mungkin diri ini bergembira dengan pemergiannya?

Dalam kegembiraan insan lain untuk meraikan hari kemenangan esok,aku masih lagi tercari-cari di mana kegembiraanku yang sebenarnya. Di mana silapnya? Aku sendiri tidak pasti. Kegembiraan itu sebenarnya telah lama hilang dalam diriku.

"Tahun ni adik-adik perempuan beraya dengan mak ye, along dan ucu beraya dengan ayah". Seperti biasa, raya yang hadir langsung tidak membawa erti bahagia untukku. Semakin aku mencarinya, semakin aku sakit. Terlalu sakit. Ingin ku salahkan siapa? Segala yang berlaku sudah ditentukan. Pastinya sebagai anak sulong, keperitan dan bebanan adalah suatu yang hakiki untukku. Segala cita-citaku yang menggunung terpaksaku lupakan kerana bebanan ini. Aku tidak tega untuk melarikan diri dari masalah ini walau aku mampu untuk melakukannya.

Aku mungkin hanya mampu melemparkan senyuman palsu untuk eidul fitri kali ini. Gembira yang ada hanyalah kerana kepuasanku yang mampu meninggalkan Ramadhan dengan pengabdian ku pada Tuhan. Syukur, mungkin segala musibah ini adalah untuk mendewasakanku. Berapa ramai insan yang hebat itu bermula dengan permulaan hidup yang perit dan menyiksakan. Semuanya adalah tarbiyyah. Ilmu yang paling berharga pastinya pengalaman yang tidak mungkin mampu untuk dibeli walau di mana pun.

Pada Ramadhan yang bakal pergi, aku akan sentiasa menanti kehadiranmu nanti. Kemenanganku hari esok, pasti kan ku sambut dengan takbir dan tahmid ku kepadaNya. Biar betapa peritnya perjalanan hidup ini kelak, ia mesti diteruskan. Pencarianku hanya Tuhan...hanya Dia...

Selamat tinggal Ramadhanku..."Ramadhan yang sama,natijah yang berbeza".

Monday, August 30, 2010

81 000 anak luar nikah bersepah di Malaysia?

IPOH 29 Jun - Angka yang dikeluarkan Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (Jakim) bahawa terdapat 81,000 anak luar nikah berdaftar ketika ini merupakan perkembangan yang membimbangkan. Presiden Institut Integriti Malaysia (IIM), Datuk Dr. Mohd. Tap Salleh berkata, antara punca yang menyumbang kepada peningkatan gejala sosial tersebut ialah penyaluran maklumat tanpa batasan dan perubahan budaya masyarakat.

Berdasarkan kepada laporan rasmi, Jabatan Pendaftaran Negara (JPN) melaporkan terdapat lebih 257,000 sijil kelahiran didaftarkan tanpa catatan nama bapa, sejak tahun 2000 hingga pada bulan Julai 2008.

Ini bermakna secara purata, 2,500 kes anak luar nikah direkodkan pada setiap bulan atau 83.3 kes pada setiap hari. Jika diunjurkan lagi, satu kes pendaftaran anak luar nikah berlaku dalam setiap 17 minit 17 saat!

Bukanlah saya ini insan yang layak untuk mengulas perkara sebegini. Cuma akhirnya saya terpanggil untuk memberikan komen tentang isu ini. Dalam satu perbincangan semasa mengikuti kuliah Kaunseling Islam, kami diminta untuk memberikan pendapat masing-masing berdasarkan perspektif 'Kaunseling'. Pelbagai pendapat yang diutarakan, ada yang bernada keras dengan menyalahkan media-media tertentu dan ada juga yang bersederhana dalam memberikan pendapat.

Isu anak luar nikah dan pembuangan bayi bukanlah satu isu yang baru diperdengarkan kepada kita. Alah bisa tegal biasa, begitulah mungkin bunyinya. Pelbagai cara diperbahaskan untuk mengatasi hal ini. Ahli politik dengan pandangannya, ahli fikir dengan fikiran mereka, ahli agama dengan pegangan mereka. Lalu siapakah yang harus kita ikuti sedang hal ini seakan langsung tiada jalan penyelesaiannya.

Kita mengimbau kembali zaman ayah dan ibu kita dahulu. Bagaimana nilai yang pernah diterapkan dalam diri mereka dahulu, kini sudah semakin hilang entah ke mana. Berbicara soal nilai, apa yang dapat kita perhatikan sebenarnya? Kalau dulu, tinggal di kampung, pastinya keberatan untuk ber'couple-couple' kerana orang-orang tua di kampung pasti kenal anak si pulan dan si pulan. Mudah untuk ditegur. Kalau ada anak-anak yang buat silap, tanggungjawab untuk menegur bukan hanya dibahu ibu bapa, tapi pada semua warga kampung tersebut.

Zaman sudah berubah. Anak-anak zaman sekarang, pantang untuk ditegur. Silap hari bulan, kita pula yang disaman dek kerana menceroboh hak individu. Cuba kita lihat, anak remaja yang duduk berpeleseran sambil bercumbu-cumbuan dengan pasangan mereka di tempat awam, siapa yang berani menegur? Pemandangan anak muda berjalan sambil berpeluk-pelukan, duduk bertepuk tampar, hilai tawa yang menggila tanpa mengira jantina dan pelbagai aksi lagi. Siapa yang berani menegur? Kalau berani, tegurlah mereka ini. Paling hebat pun, sekadar menggeleng kepala. Nak ditegur, kita pula yang dihentamnya nanti. Tinggallah penguatkuasa agama yang memiliki kad kuasa sahaja yang mampu untuk menegur mereka ini. Itu pun cuma dalam bidang kuasa tertentu sahaja. Pernah saya berjalan dengan seorang penguatkuasa dan pada masa itu saya melihat sepasang remaja yang sedang berjalan sambil berpegangan tangan dan berpeluk-pelukan. Bila ditanya kenapa tidak ditegur pasangan tersebut, alasan yang diberikan mudah. Kerana susah untuk disabitkan kesalahan. Nah! Apakah yang boleh disabitkan kesalahan hanya mereka yang bercumbu-cumbu di dalam kereta atau di taman-taman, yang sudah bermesra-mesra di katil 'kondo' atau di hotel-hotel? Marah, tapi itulah realiti hari ini.

Pernah juga saya menegur pasangan yang sedang bercumbu-cumbu di sebuah taman. Bukan mereka yang disoal siasat, tapi saya pula yang disoalnya. "Lu siapa brother? Wa ada kacau lu ke?" Belum sempat berhujah, sudah dipanggil 'geng-geng' mereka. Natijahnya, saya terpaksa beredar jugalah dari situ. Tapi itu tidak bermakna semangat saya untuk agama sudah luntur, mungkin itu hari baik untuk mereka mempertahankan diri. Senarionya begitulah, pantang ditegur, pasti melatah. Di mana nilai kita sebenarnya? Menelusuri hari kemerdekaan yang ke-53 hari ini, sudah tiba masanya untuk pihak pemerintah mengkaji semula apa erti merdeka sebenar rakyat Malaysia.

Kerana itu, tidak hairan bagi saya jika kes anak luar nikah dan pembuangan bayi bersepah-sepah diluar sana. Hari ini, penyelesaiannya agar diwujudkan tabung uji DNA, dipermudahkan khitbah dan pelbagai lagi jalan penyelesaian yang diberikan. Bila jalan ini diberikan, pasti ada saja yang membantah. Pada saya, isunya bukan bantahan itu, tapi setakat mana jalan yang diberikan itu mampu menyelesaikan masalah yang berlaku hari ini. Pernah saya diminta pandangan oleh seorang sahabat tentang isu ini, saya katakan 'dalam hal ini, laksanakan mengikut cara Islam'. Jawab sahabat saya, itu kalau dari pandangan kau sebagai orang agama, bagaimana kalau dengan orang yang bukan dari bidang agama?' Nah! Apakah isu anak luar nikah dan pembuangan bayi ini bukan hal agama? Anda fikirlah.

Analoginya mudah, orang yang selesema lalu diberikan ubat gastrik, adakah tepat tindakan itu? Pastinya tidak. Ubatnya tidak kena. Begitu juga hal ini. Isunya bukan pembuangan bayi mahupun anak luar nikah. Isu besarnya adalah ZINA. Anak luar nikah adalah hasil dari ZINA, pembuangan bayi adalah hasil dari ZINA! Lalu di manakah ubat ZINA ini? Ubatnya adalah agama. Kembalikan hidup beragama! Ulama' dan Umara' harus seiring, hidupkan syiar Islam. Peranan masyarakat, jangan membisu bila melihat kemungkaran di depan mata. Terapkan nilai-nilai agama melalui media. Hukuman adalah akibat dari perbuatan. Sebat di khalayak ramai mereka yang berzina, rejam mereka. Firman Allah taala yang bermaksud :
"Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali sebat; dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan belas kasihan terhadap keduanya dalam menjalankan hukum ugama Allah, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari akhirat; dan hendaklah disaksikan hukuman seksa yang dikenakan kepada mereka itu oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman." Surah an-Nuur ayat 2.

Apapun yang berlaku, 'pancangnya' adalah Allah. Berat mata memandang, berat lagi bahu memikul. Setiap kita adalah pemimpin dan pastinya akan dipersoalkan kelak oleh Allah akan kepimpinan kita. Hanya ini saja jalan yang ada. Pasti ada cara untuk melaksanakannya. Command and do. Allah adalah pemerintahnya, kita adalah pelaksananya. Ikut akan perintahnya, pasti akan berjaya. Wallahua'lam.

Tuesday, August 24, 2010

Berniaga tidak sunnah mengundang laknat...

Petang,aku ke bazar lagi. Seperti biasa mencari juadah untuk berbuka. Maklumlah,orang bujang mana ada masa nak masak sendiri. Apalagi kalau tinggal di asrama, dapur masak pun tiada. Rambang mata juga kalau ke bazar pada bulan Ramadhan ni. Kalau boleh semua benda nak dibeli untuk berbuka. Inilah manusia, belum dapat semuanya sedap, semuanya rasa nak dimiliki. Tapi bila dah dapat, ambil sekadar keperluan je. Selebihnya dibazirkan sahaja...(macam mendalam je maknanya..huhu)

Aiseh, ke mana ye saya tadi. Ha, nak diringkaskan cerita, masuklah waktu berbuka bagi zon Bangi dan kawasan-kawasan yang sewaktu dengannya.

Ni yang aku tak suka beli juadah berbuka kat bazar waktu bulan Ramadhan ni. Mesti ada je makhluk yang baru nak belajar memasak tumpang sekaki kat bazar tu, tak pun bulan Ramadhan baru nak memasak balik. Dahla harga mahal, cekik darah, pulak tu rasa pun tak sedap, ini kuih karipap ke tepung mentah? Ha, air pun tawar. Harap warna je gempak, buah naga konon, sedap lagi air sirap adik aku buat...getus sahabat-sahabat saya, geram gamaknya... Hai, baru berbuka dah macam-macam sumpah seranah keluar. Sabarla ye kawan-kawan;-)

Seusai solat tarawih, saya termenung seketika. Mungkin ada benarnya kata sahabat saya, "berniaga tidak sunnah mengundang laknat". Bukanlah berniaga itu sendiri yang tidak sunnah, tapi bila berniaga cuma berorientasikan keuntungan matearalistik semata tanpa mencari keredhaanNya, pasti akan mengundang laknat manusia. Contoh yang paling mudah, seperti di awal cerita tadi.

Memanglah 9/10 punca rezeki itu berpunca dari perniagaan. Sabda nabi, `Didorong atas kamu ialah perniagaan kerana didalamnya ialah sembilan persepuluh daripada rezeki'. Tapi jika hendak berniaga biarlah kena gayanya. Itu baru cerita di bazar. Bagaimana pula dengan serbuan JAKIM di hotel-hotel yang menyediakan juadah berbuka? Berapa banyak hotel yang menggunakan arak sebagai salah satu dari bahan masakan untuk disajikan kepada umat Islam yang ingin berbuka puasa. Berapa ramai pula yang sudah sebati di dalam perut mereka dengan arak-arak itu? Fikir-fikirkanlah. Berniaga jika tidak berlandaskan sunnah, pasti akan mendapat laknat Allah. Berniaga bukan semata-mata untuk mencari untung kerana di dalam perniagaan tidak semestinya kita sentiasa mendapat keuntungan. Dalam perniagaan sering juga kita menghadapi kerugian.

Tujuan perniagaan mengikut Islam sebenarnya ialah untuk memperbesarkan, memperpanjangkan dan memperluaskan aktiviti syariat dan dengan tujuan beribadah dan mendapat pahala yang banyak. Justeru di dalam perniagaan, hendaklah kita sentiasa mencari keredhaan Tuhan dengan niat yang betul serta perlaksanaan yang betul.

Mengikut pengamatan saya, ada juga peniaga yang pada mulanya berjaya, contohnya kedai makan, tetapi kerana tamak untuk meningkatkan margin untung, mereka mengurangkan ‘ayam di dalam nasi goreng’ tetapi harganya tetap sama. Orang tidak lagi puas hati dengan kedai berkenaan dan berhijrah ke kedai yang bertaburan di tempat lain. Bukankah diri sendiri yang rugi? Keuntungan yang diperoleh hanya sekejap cuma. Usahlah terlalu tamak apatah lagi pada bulan mulia ini yang pahala sedekahnya dilipatkan berkali ganda.

Seharusnya para perniaga mengambil roh berniaga berdasarkan prinsip-prinsip yang telah ditegaskan baik di dalam al-Quran mahupun al-Sunnah. Sebenarnya terdapat 500 hadis sahih Bukhari dan 370 ayat al-Quran yang menyentuh tentang perniagaan.

Firman Allah di dalam surah an-nisa' ayat 29, maksudnya :
Wahai orang-orang Yang beriman, janganlah kamu makan (gunakan) harta-harta kamu sesama kamu Dengan jalan Yang salah (tipu, judi dan sebagainya), kecuali Dengan jalan perniagaan Yang dilakukan secara suka sama suka di antara kamu...

Mata pencarian terbaik adalah ialah hasil usaha sendiri dan perniagaan yang bersih. (Riwayat Al-Bazaar)

Rasulullah juga pernah bersabda:
Antara sekian banyak dosa, ada dosa yang tidak dapat dihapus dengan solat dan puasa. Sahabat baginda lantas bertanya, "jadi amalan apakah yang boleh menghapuskan dosa berkenaan?" Jawab Rasulullah: "dengan pahala dari bekerja mencari rezeki yang halal".

Monday, August 23, 2010

Ramadhan bulan maksiat...


"Keterlanjuran kali pertama usah disusuli dengan kesengajaan kali kedua. Kelak akan menyusul perancangan dan perjuangan atas nama dosa".

Seusai solat terawih, saya mencapai telefon bimbit. Tertera di skrin telefon "1 message". Saya lalu membuka mesej tersebut, tulisannya berbunyi "adeq, cal akk skrg...urgent" (tulisan sms). Lantas saya menelefon kakak saudara saya kerana bimbang juga ada apa-apa yang kurang enak berlaku. Rupa-rupanya beliau cuma mahu minta nombor telefon pegawai penguatkuasa agama daerah Kuala Selangor untuk membuat laporan berkenaan khalwat. Berderau juga darah saya bila dimaklumkan wanita yang ingin diadukan itu sebenarnya sudah pun layak bergelar 'mak cik', malah mengadakan hubungan dengan pasangan yang jauh lebih muda darinya.

Saya mula menyelak-nyelak diari ramadhan kali ini. Astaghfirullahal'azim...

18 Ogos : Dicekup khalwat pada bulan ramadhan. Georgetown ; sepasang kekasih melayu  masing-masing berumur 35 dan 33 tahun dicekup oleh Jabatan Hal Ehwal Agama Islam Pulau Pinang.

22 Ogos : Projek rahsia ayah. Ketika makin ramai anak muda ke masjid dan surau untuk menunaikan solat sunat Tarawih, ada juga golongan bapa bergelumang dosa melakukan maksiat di beberapa kelab dangdut di sekitar ibu kota.

22 Ogos : Pondan tak peduli. Tak kenal dosa. Itu perbuatan sebilangan pondan beragama Islam yang berpeleseran di Lorong Haji Taib, Chow Kit, yang melakukan kegiatan pelacuran walaupun pada siang hari yang seolah-olah tidak menghormati bulan Ramadhan.

23 Ogos : Gadis sunti dicekup berzina. Usia baru 12 tahun, namun gelora nafsu murid tahun enam, tidak dapat dibendung hingga dicekup ketika berzina dengan seorang daripada dua lelaki yang berkurung dengannya dalam sebuah rumah.

23 Ogos : Urut siang Ramadhan. Petaling Jaya ; sekalipun bulan ramadhan, ia tidak menjadi penghalang kepada seorang wanita berusia 35 tahun memberi perkhidmatan urut kepada dua lelaki sebelum ditahan oleh pihak Majlis Bandaraya Petaling Jaya dan Agensi Anti Dadah Kebangsaan.

Sebenarnya banyak lagi yang peristiwa-peristiwa jijik yang dilakukan oleh segelintir umat Islam di negara ini tanpa memikirkan walau sedikit pun tentang kemuliaan bulan ramadhan yang penuh barakah ini. Apakah golongan ini sudah lupa akan janji Allah. "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan keinsafan, Allah ampunkan dirinya dari dosa-dosa".

Rasa disimbah bak air panas yang masih menggelegak bila beberapa hari lepas terpampang di dada akhbar tentang kecurangan seorang isteri yang sedang bermadu kasih dengan kekasih gelapnya yang berusia jauh lebih muda dan ditangkap oleh suaminya sendiri. Betapa hibanya hati seorang suami yang mengenangkan bulan Ramadhan yang sepatutnya dimanfaatkan untuk memohon ampunan dari Allah, akan tetapi disalah gunakan ke jalan maksiat.

Ramadhan yang sepatutnya diisi dengan penuh pengabdian kepadaNya, tetapi dengan mudah dinodai oleh jiwa-jiwa yang tidak punya langsung keinsafan dengan kehadiran bulan mulia ini. Kalaulah Ramadhan boleh dijadikan medan maksiat oleh mereka tanpa ada sedikit pun rasa bersalah bahkan sehingga ada yang tidak menyedari kehadiran bulan kerana keasyikan mereka dalam misi kemaksiatan, tidak dapat saya bayangkan bagaimana keadaan umat ini di luar Ramadhan.

Ya Tuhan, jauhilah kami dari ujian yang maha berat ini. Apa mungkin kita sudah lupa dengan peringatan Tuhan bila Dia menimpakan tsunami yang mengorbankan banyak jiwa pada ketika itu. Itu cuma sekelumit inzar dariNya agar kita melihat bala itu dari kaca mata keinsafan. Apakah kita sudah tidak mahu berfikir tentang bala Allah yang menanti pada bila-bila masa sahaja bilamana kita sudah semakin jauh dari ajaranNya?

Marilah kita sama-sama kembali ke jalanNya. Walaupun terasa diri diselubungi selimut dosa dan kemelut alpa, usah sekali-kali berputus asa. Begitulah seharusnya pengukuhan jiwa yang menjerit tanpa suara. Allah tidak akan menutup pintu keampunanNya dan kunci pintu keampunan itu adalah harapan.

Selagi ada harapan, selagi itu ada perjuangan. Dan selagi ada perjuangan, selagi itulah peluang untuk menang sentiasa ada. Hidupkan Ramadhan dengan penghambaan kepadaNya, bukannya kemaksiatan. Tewas dalam pertempuran tidak bererti tewas dalam peperangan. Ingat pesan orang bijaksana : Orang yang menang sesungguhnya lebih banyak merasai kegagalan daripada orang yang gagal.

Tidakkah mereka memerhati dan memikirkan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (umat-umat itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi (dengan kekuasaan dan kemewahan) yang tidak Kami berikan kepada kamu, dan Kami turunkan hujan atas mereka dengan lebatnya, dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka dengan sebab dosa mereka mereka, dan Kami ciptakan sesudah mereka, umat yang lain?


asma...

Abang..nanti belikan lauk kegemaran asma yer..Perlahan suara isteri kesayanganku itu dihujung talian. Gelagat manjanya sering membuatkan aku senang dan gembira. Mendengar suaranya saja sudah menyegarkan seluruh saraf neuronku.

Petang itu,aku pulang ke rumah dengan lauk kegemaran asma. Sup ayam memang kegemarannya sejak dulu lagi...Abang da balik.Nanti asma ambilkan air yer,tentu abang letih...Seusai membasahi tekakku yang memang sedari tadi ku rasa pahitnya, asma ku pinta duduk di sebelahku. Perutnya yang sudah membulat itu ku pegang. Sudah 8 bulan kan anak di dalam perut syg ni??sengaja tanyaku mengusik. Asma tersenyum..puas..puas..bangga kerana bakal menjadi ibu untuk anakku..

Abang belikan tak lauk yang asma pesan tadi?tanyanya manja...Ye syg, abg dah belikan. Ada di atas meja tu. Nanti asma sediakan, kita makan sama-sama ye. Abang nak mandi dulu.

Seusai solat maghrib, aku mengaji bersama-sama isteriku, asma. Segala ilmu yang pernah ku pelajari di bumi barakah Darul Quran, semuanya aku ajarkan pada isteriku...Abang, nanti asma nak anak-anak kita semuanya jadi penghafaz al-Quran,macam ayahnya..Aku hanya tersenyum. Tangan kananku letak di atas kepala isteriku. Ku usap perlahan. Seketika itu juga aku mencium dahinya. Air mataku bergelinangan, yang sedari tadi bertakung rapi di kelopak mataku. Tangan asma ku genggam erat...Abang cintakan asma,terima kasih asma...

-------------------------------------------------------------------------------

Asma kecewa dengan tindakan abang. Abang membelakangi asma. Kenapa abang tergamak menipu? Mana janji-janji abang???...Aku hanya diam. Kelu tanpa bicara. Memang salahku, tapi bukan niatku. Tidak sedikitpun untuk menghancurkan hatinya...

Seminggu aku menyepi...mencari ketenangan...ketenangan di hadapan Ilahi. Menginsafi segala kekurangan diri. Masjid merah ini menjadi saksi air mata keinsafanku. Aku hanyut dalam lautan yang aku cipta sendiri. Lemas di daratan, tanpa air...Aku lupa bahawa wanita yang sering di sisiku,menemaniku,melayani rintihanku, adalah insan yang amat-amat aku harapkan.

'Asma boleh terima abang.Tapi bukan kerana abang.Asma terima abang kerana Allah.Asma akui,hati asma benar-benar hancur dengan sikap abang.Abang membelakangi asma.Tapi asma redha.Abang mesti janji dengan asma,abang akan jaga asma.Sebagai amanah Allah.Kerana Allah...Jumpa mak abah esok,bincang segera.Asma nak abang datang meminang dan kita bernikah.Secepat mungkin.

Aku akur dengan permintaan asma. Angin petang sekali sekali menyapa wajahku.Tenang...Biarlah apapun yang berlaku, kali ini aku nekad. Nekad untuk menyuruh mak dan ayah masuk meminang bagi pihakku.Aku sedar,tidak seharusnya lagi aku terus membiarkan hatiku ini dibelenggu hitamnya dosa.Segala kesilapan harus aku perbetulkan.Memang salah aku,terlalu leka dan mudah untuk hanyut dengn mainan syaitan.Perasaan bersalah terus-terusan menyerang perasaanku.Aku adalah penghafaz al-Quran.Tidak seharusnya aku mengotorkan hati ini dengan cinta yang penuh dengan kepalsuan...

Abang...abang...aku tersentak...ah,aku mengelamun rupanya...Abang menangis?kenapa bang?Abang ada masalah ye.ceritalah pada asma.Mungkin asma boleh mendengar..asma kan memang pendengar setia abang sejak dulu,katanya sambil tersenyum dan terus menenung mataku yang masih lagi basah.

Abang,nanti kalau anak kita lelaki,abang namakan dia Zainal Abidin tau.Kalau anak kita perempuan,abang namakan la dia Ummu Sarah...aku tersenyum.Seketika tersentuh hatiku melihat gelagat asma yang sudahpun berkira-kira tentang anak yang bakal dilahirkannya...asma terus terlelap di ribaku.Menatap wajahnya saja sudah cukup untuk menenangkan hatiku...

.................................................................................

Abang...sakitnya!!! Isteriku mengaduh kesakitan.ah,aku bingung...anak pertamaku..gelabah aku dibuatnya...aku bergegas menelefon ambulans..Seketika kemudian,ambulans sampai..Tangan asma ku genggam erat.Ku cuba menenangkannya.Sepanjang perjalanan hinggalah tiba di wad bersalin,lidahku hanya menyuruh asma berzikir...tidak dapat ku bayangkan betapa sakitnya sekarang isteriku ini yang sedang bertarung nyawa demi anak yang dikandungkannya.

Hatiku berdebar kencang.Sayu hatiku melihat keperitan asma.Seorang yang hanya dia benar-benar memahami selok belok perangaiku.Hanya dia yang mengerti telahan hatiku,bicara nuraniku..Saat suka dan duka..dan kini dia sedang bertarung...demi anak yang dikandungkannya...9 bulan 11 hari...Ya Allah,selamatkanlah isteri dan anakku.

3 jam aku menunggu di luar.Peluhku tidak pernah berhenti mengalir.Hatiku cemas.Sudah terlalu lama isteriku di dalam sana.Apakah khabarnya...aku sememangnya tahu yang kelahiran anak sulongku ini memang susah.Sewaktu pemeriksaan kali terakhir,aku dikhabarkan bahawa mungkin anakku akan dilahirkan secara songsang...

---------------------------------------------------------------------------------

Pintu bilik wad persalinan dibuka.Ake melihat kelibat Doktor Maisarah.Aku terus meluru ke arahnya.Tidak sabar untukku berjumpa isteri dan anakku...apa khabarmu syg di dalam sana...sungguh 3 jam yang ku tunggu bagaikan 300 tahun ku menanti.Muka Doktor Maisarah ku tenung tajam.Sungguh-sungguh aku bertanya tentang isteri dan anakku.Ada sedikit jalur resah diraut wajah Doktor lingkungan 30-an ini.Apakah maknanya ini,Ya Tuhan.....En.Hafiz Fathi,kami minta maaf.Kami dah mencuba sedaya upaya kami.Kami hanya berjaya menyelamatkan anak encik...tapi.....

Belum pun sempat Doktor Maisarah menghabiskan kata-katanya,aku sudah pun terduduk...Lemah longlai..Tiada daya...Tidak sanggup untukku mendengar kata-kata doktor selepas itu...Saya harap en.Hafiz dapat sabar dan tabah menerima kenyataan ini...Tidak semena-mena air mataku berderai laju..tiada dayaku lagi untuk menahannya...Ya Tuhan,mengapa seberat ini ujianMu buat hamba yang lemah ini.

Kakiku melangkah longlai.Wajah asma ku tatap dalam-dalam.Sepi tanpa nafas.Penuh hiba.Tangannya ku genggam erat.Berada dalam darjah suhu kepanasan tubuhnya ketika aku memeluk eratnya semalam masih lagi ku terasa.Ya Allah,mengapa terlalu sekejap bahagia yang Kau berikan padaku bersamanya???

Aku mendukung anakku...Perempuan...Abang,nanti kalau anak kita lelaki,abang namakan dia Zainal Abidin tau.Kalau anak kita perempuan,abang namakan la dia Ummu Sarah...kata-kata asma bermain-main ditelingaku...Ya Allah!!!air mataku mengalir laju..aku tidak mampu untuk menahan perasaan piluku..air mataku memang terlalu murah untuk asma..sedari dulu lagi..hinggalah saat ini...Asma,satu-satunya isteri yang amat ku sayangi...satu-satunya insan yang benar-benar sabar dengan kerenahku.Dia terlalu sabar...Apa saja sikapku,rungutanku,marahku...segala-galanya...dia akan hadapi dengan penuh hikmah...Tidak mungkin ada lagi pengganti sepertinya..terlalu sukar...

.................................................................................

7 tahun telah berlalu...Ummu Sarah,anak perempuanku ini menjadi pengubat rinduku pada asma.Amanah Allah yang paling berharga buatku...Abi...abi...mana ummi?kenapa sampai hari ni ummi tak nak jumpa kita..ummi marah kita ye abi???Ya Tuhan,sungguh benar-benar hatiku terusik dengan soalan anak kecilku ini...puteriku sayang,kau masih terlalu kecil untuk mengetahui hakikat ini...masih terlalu kecil sayang...

Abang, nanti asma nak anak-anak kita semuanya jadi penghafaz al-Quran,macam ayahnya...kata-kata asma akan sentiasa ku genggam...erat-erat...puterimu ini adalah benih dari perutmu...kau yang menanggung deritanya selama 9 bulan 11 hari...akan ku bajai benih ini dengan penuh kesabaran..akan ku berikan padanya didikan dari rumah kenabian...Puteri kita bersama...hadiah Allah...akan ku peliharanya...atas namamu asma...atas nama cintaku...pada seorang wanita bernama...asma....

Tamat..........

Tidak kira di mana kita bermula, yang penting di mana kita akan berakhir

Ayah, ke mana perginya jemaah terawih yang lain? bukankah lusa baru kita menyambut aidilfitri? saya bertanya

Oh, biasalah abang. Beginilah suasananya bila ramadhan sudah hampir ke penghujungnya. Ramai orang lebih berminat untuk menyambut hari raya berbanding yang bersedih dengan pemergian ramadhan.

Sedih sebenarnya bila melihat pasar-pasar lebih dihuni oleh manusia berbanding masjid-masjid yang sepatutnya menjadi destinasi utama umat Islam sepanjang ramadhan. Setiap tahun, skrip yang sama pasti akan berulang.

Teringat saya pada sepotong hadis yang mafhumnya berbunyi:
"Awal ramadhan itu rahmat, pertengahannya ada pengampunan dan penghujungnya dijauhkan dari api neraka".

Semangat ramadhan biasanya hanya ada pada awal ramadhan sahaja, kemudian akan semakin menghilang dan menghilang. Belum pun raya, lagu-lagunya sudah pun dikumandangkan di corong-corong radio mahupun televisyen. Pasar-pasar mula memulakan peperangan harga bagi merebut hati sang pembeli. Bunga api mula menguntum mekar di tangan si kecil seiring detak dentum letupan mercun yang bersaing kehebatan sesamanya. Seharusnya kita mengejar sisa-sisa ramadhan itu dengan penuh pengharapan agar kita dijauhkan dari api neraka. Ramadhan yang seharusnya menjadi satu madrasah untuk mentarbiyyah jiwa hanya dimanfaatkan sedikit cuma. Hanya beria-ia diawalnya sahaja. Jangan nanti bila berakhirnya ramadhan, kita hanya mendapat lapar dan dahaga semata-mata. Langsung tiada penambahbaikan, ibarat melukut di tepi gantang, pergi tidak bertambah, balik tidak berkurang.

Tidak salah untuk kita bergembira dengan aidilfitri yang pasti tiba. Akan tetapi, berpada-padalah. Pastinya kesilapan ini perlu diiktiraf, difahami dan seterusnya diatasi dengan sewajarnya. Ukuran ramadhan kita bukan hanya kesungguhan di awalnya sahaja, bahkan yang lebih penting adalah istiqamah kita di saat-saat penghujungnya.